14 Mei 2014

Buku baru : Kamus Fotografi, membahas A-Z istilah fotografi dan kamera digital


Awal tahun 2014 ini menjadi saat yang menggembirakan karena rencana saya untuk membuat buku fotografi akhirnya terwujud. Gagasan ini muncul cukup lama ditengah banyaknya jargon dan istilah teknis yang umum ditemui saat kita membahas tentang fotografi digital, yang bisa jadi masih membingungkan khususnya bagi yang baru menekuni hobi ini. Untuk itulah saya mendapat ide menyusun dari A sampai Z istilah-istilah fotografi dengan arti dan penjelasannya, lalu didokumentasikan dalam bentuk buku yang berjudul 'Kamus Fotografi'. Dalam penyusunan buku ini saya bekerja sama dengan Enche Tjin, seorang fotografer, pengajar, penulis buku dan mitra saya di infofotografi.com sehingga isi buku ini dijamin lebih berbobot. Sebagai penerbit dan percetakan, kami mempercayakan pada pihak Elex Media Komputindo yang sudah tidak asing lagi di dunia penerbitan buku dan majalah.
Buku Kamus Fotografi ini bisa menjadi referensi bagi siapa saja, baik anda adalah seorang pelajar sekolah, mahasiswa, penghobi fotografi, hingga yang berprofesi sebagai fotografer. Banyak hal yang berhubungan dengan kamera digital, lensa, lighting, fotografi dan hal-hal teknis yang diulas di buku setebal 208 halaman ini. Di setiap bahasan yang penting, kami juga sertakan tips-tips singkat yang bermanfaat berdasarkan pengalaman kami dalam memotret. Aneka ilustrasi di buku ini disajikan dengan full color, untuk memudahkan pemahaman dari setiap bahasan.





17 Desember 2008

Ketika harga semakin tak terjangkau

Inflasi sudah menjadi hal yang lumrah dalam ekononi dunia. Di Indonesia, faktor yang satu ini menjadi sesuatu hal yang tidak linear dengan pertumbuhan ekonomi dan daya beli akibat krisis jilid satu yang belum pulih (plus krisis jilid dua yang sudah mulai terasa dampaknya). Akibat inflasi jelas harga terus naik, sementara pendapatan pas-pasan, bahkan ada juga yang justru berkurang. Masalahnya masyarakat cenderung sudah punya batasan harga untuk tiap produk yang ingin dibelinya, dan kenaikan harga ini akan membuat batasan itu terlewati. Akhirnya, kebanyakan masyarakat akan menahan diri untuk membeli sesuatu yang harganya sudah melewati batasan yang dibuatnya sendiri.

Ambil contoh begini. Sekotak keju batangan sudah terlanjur direkam dalam benak saya harganya sekitar sepuluh ribu. Saat inflasi membuat harga keju ini naik menjadi lima belas ribu lebih, saya akhirnya memutuskan untuk tidak membeli keju ini. Cerita selanjutnya adalah, saya harus memilih antara mencari produk keju merk lain yang harganya lebih murah atau beli keju yang merknya sama tapi ukurannya lebih kecil. Pilihan kedua ini dirasa lebih realistis buat saya karena saya tidak harus beradaptasi dengan produk lain (yang rasanya dan mutunya belum tentu sama), dan saya hanya harus lebih berhemat karena kini keju yang saya beli ukurannya lebih kecil.

Demikianlah mindset ini telah merasuk kedalam benak sebagian besar masyarakat dalam menyikapi kenaikan harga ini. Produsen pun tak kalah pintar, dengan cepat mereka menangkap sinyal ini dan bereaksi dengan membuat produk mini yang harganya dirasa masih terjangkau oleh masyarakat. Akhirnya jangan heran bila tahun-tahun belakangan ini banyak sekali produk konsumsi dan produk rumah tangga yang dikemas dalam ukuran kecil, bahkan terlalu kecil menurut saya. Sebut saja susu cair dengan ukuran kotak yang kecil, biskuit yang sebungkus isinya cuma dua, roti tawar yang isinya cuma empat lembar, es krim mini dan masih banyak lagi.

Bagi konsumen, prinsipnya yang penting membeli. Meski hanya dapat yang kecil, tapi harga jualnya masih dalam batasan yang diperbolehkan (oleh batasan mereka). Mereka tidak peduli kalau barang yang dibelinya akan lebih cepat habis (karena lebih kecil) dan ujung-ujungnya mereka harus membeli lagi (bila masih kurang). Bagi produsen, tentu yang penting penjualan laris, dan ini tidak akan terwujud bila tidak dilakukan terobosan dengan produk mini yang terjangkau.

Muncul tanda tanya di benak saya. Bagaimana bila suatu saat nanti produk mini ini harganya pun semakin mahal? Okelah, sekarang keju kecil ini harganya cuma lima ribu. Bila nanti keju kecil ini sudah jadi sepuluh atau dua puluh ribu, siapa yang mau beli? (anggap pendapatan masyarakat tidak banyak berubah). Masalahnya bukan pada pendapatan dan daya beli yang rendah, dan jangan salahkan kebanyakan orang kenapa mereka tidak kaya. Karena bila harga terus membumbung tinggi, hanya masalah waktu saja hingga orang kayapun (suatu saat nanti) akan menjadi miskin. Masalahnya ada di sistem tatanan ekonomi negara ini yang amburadul, dengan distribusi uang yang tidak merata, dan ditambah ekonomi biaya tinggi yang membuat lingkaran setan tanpa ujung. Ah....

28 Oktober 2008

Mengapa harga lensa kamera DSLR itu mahal

Hari ini kurs dolar AS menembus angka 12.000! Buat mereka yang berencana membeli barang yang dibanderol dengan kurs asing tentu menggerutu karena kenaikan ini. Barusan baca di forum fotografi CHIP, ada juga yang mengeluhkan kenaikan harga kamera dan lensa-lensanya. Wajar memang, toh tanpa kurs harus naik pun, harga kamera (apalagi lensa) sudah terasa mahal. Saya tergerak untuk mengungkap kenapa lensa kamera DSLR kok harganya bisa mahal, bahkan berkali-kali lipat diatas harga kamera DSLR itu sendiri.

Bagi pemula seperti saya, memiliki sebuah DSLR bukanlah sesuatu hal yang mudah. Setelah giat menabung, mencari kamera yang harganya murah (tapi tidak murahan) dan rajin melakukan survey ke pasaran, berhasil mendapat Nikon D40 plus lensa kit saja rasanya sudah senang bukan kepalang. Soal lensanya yang cuma 'lensa kit' dengan range 18-55mm, buat saya untuk permulaan sih tidak masalah. Toh nanti bisa membeli lensa lain sesuai kebutuhan, pikir saya.

Masalah muncul ketika saya mulai mencari info seputar lensa yang ingin saya beli. Ternyata dari bermacam lensa yang ada di pasaran, harganya bisa berbeda amat jauh. Ada lensa yang dijual dengan harga dibawah sejuta, tapi ada juga yang hingga 50 jutaan (bahkan lebih). Nah lho, trus bagaimana ini? Apa yang membuat sebuah lensa bisa begitu murah (atau mahal)? Saya coba cari tahu dan bisa jadi inilah alasannya :
  • lensa adalah elemen optik yang dibuat dengan ketelitian tinggi, sedikit cacat dalam desain akan tampak dalam hasil foto nantinya
  • lensa punya bermacam panjang fokal dari wide hingga tele, masing-masing punya tingkat kesulitan tersendiri dalam produksinya
  • para desainer lensa harus berjuang keras meniadakan banyak masalah fisika dalam sebuah lensa, seperti flare, distorsi, vignetting, CA dsb
  • mendesain diafragma yang bukaan besar lebih sulit dari yang bukaan kecil, itulah kenapa lensa bukaan kecil (lensa lambat) seperti f/3.5 lebih murah dari yang lensa cepat (seperti f/2.8)
  • mendesain lensa zoom yang punya bukaan konstan jauh lebih sulit lagi, itulah mengapa lensa zoom seperti Nikon 70-200 f/2.8 harganya selangit
  • pesatnya peningkatan resolusi kamera DSLR menuntut lensa baru untuk lebih tajam, karena bila ketajaman lensa tidak bisa mengimbangi pesatnya kenaikan resolusi akan sia-sia
  • lensa merk alternatif mencoba memberi solusi lensa ekonomis (spt Sigma, Tamron, Tokina dsb), mereka memiliki quality control yang lemah sehingga banyak lensa kurang layak jual tapi lolos ke pasaran (bad copy)
  • lensa modern dipenuhi bermacam teknologi baru seperti motor micro AF dan stabilizer yang ujung-ujungnya menambah biaya produksi
  • para profesional rela membeli lensa berapapun mahalnya karena mereka mengerti kualitas optik dari lensa yang mereka beli, intinya duit gak boong..
Jadi kalau ada yang beranggapan bahwa membeli kamera DSLR saja sudah cukup, pertimbangkan lagi. Siapkan dana lebih untuk belanja lensanya juga.

11 Maret 2008

Focus, Mega Bazaar & Jave 2008

Focus 2008 menjadi ajang tahunan pameran terakbar untuk dunia fotografi di tanah air, diadakan di Jakarta Convention Center Senayan. Pameran ini berbarengan dengan Pameran Komputer 13th Mega Bazaar dan Jakarta Audio Video Exhibition (JAVE) 2008. Semestinya even akbar ini jadi ajang yang tepat bagi para produsen kamera memamerkan produk terbarunya yang sebelumnya hanya bisa dilihat melalui internet. Selain itu disini juga diadakan seminar dan workshop yang tentunya bermanfaat untuk para penggemar fotografi.

Pada Focus 2008 yang akan digelar besok, saya berharap dapat melihat dan mencoba langsung kamera DSLR terbaru yang akan menjadi favorit banyak kalangan di tahun ini, seperti Nikon D300 dan Canon EOS-450D. Mengacu pameran yang sudah-sudah, biasanya Sony membuat stan dengan memberi keleluasaan kita untuk mencoba langsung produknya. Semoga saja besok Sony sudah memajang DSLR Alpha A-300 sehingga saya bisa merasakan mode Quick Live Viewnya yang diklaim terbaik dan tercepat dibanding Live View DSLR lain. Saya juga menantikan turunnya harga lensa-lensa Nikon di pameran kali ini, siapa tahu ada yang cocok di kantong. Prediksi saya, lensa-lensa yang akan turun harga adalah AF-S 18-200VR, 55-200VR, 70-300VR dan 12-24. Saya juga menantikan jajaran lensa Sigma HSM dipajang di pameran nanti, terutama Sigma 18-50 f/2.8 HSM. Kasihan D40 ku yang cuma didampingi lensa kit saja selama ini..

Bagi yang sedang mencari kamera saku, ajang ini cocok untuk membandingkan bermacam pilihan yang ada. Setelah membaca blog dunia digital, mungkin anda akhirnya punya beberapa alternatif pilihan, besoklah saatnya melihat dan memegangnya langsung. Bila kameranya boleh dicoba, perhatikan kualitas bodi dan ergonominya, cobalah dipakai memotret dan rasakan shutter-lagnya, kemampuan ISOnya (cahaya di ruangan pameran JCC cukup temaram sehingga cocok untuk mencoba ISO tinggi), rasakan zoomnya, bandingkan berbagai merk seperti Canon, Panasonic, Fuji atau Nikon. Tidak masalah jika di pameran nanti anda tidak membeli, toh ajang pameran lebih cocok untuk mengenal lebih dekat. Beli bisa urusan belakangan..

Karena bertepatan dengan pameran Computer dan Audio Video, ada baiknya kedua expo besar ini juga tidak dilewatkan begitu saja. Umumnya di pameran komputer, sale besar-besaran digelar. Dari sekedar memory card hingga prosesor Intel Core2 Duo pasti akan diobral disini. Motherboard baru dengan chipset terbaru pasti akan dipajang dimana-mana, belum lagi bermacam kartu grafis berchipset Nvidia atau ATI dengan teknologi SLI atau Physics. Bagi yang mencari laptop, pasti akan bingung dengan banyaknya pilihan laptop dari berbagai merk. Semoga saja Asus memberi diskon besar untuk Asus Eee PCnya. Untuk audio video, apalagi yang dinanti-nanti kalau bukan banjir TV LCD murah. Dengan mulai tercapainya margin keuntungandari TV LCD, tidak ada alasan lagi bagi produsen menahan harga TV LCDnya sedemikian tinggi. Bayangkan TV LCD layar lebar dengan harga terjangkau, siapa yang tahan godaannya?

See u there…

27 Agustus 2007

Blog pertama

Dear diary...
Inilah posting pertamaku di blog spot ini. Well, selalu ada saat pertama dalam segala hal kan? Itung-itung blog ini bisa jadi kado ultahku yang kebetulan akan jatuh besok. Disinilah nantinya akan kutulis apa saja yang aku rasa mungkin ada manfaatnya buat kita semua.